KUTIPAN MASTER OOGWAY

KUTIPAN MASTER OOGWAY

Mustaqiem Eska

 

(TULISAN POJOK, MCP-Lab)  Hari itu saya masih bergabung dengan PT. Marga Mandala Sakti (MMS). Seperti biasa, pagi sekitar pukul 07.30 wib, bersama empat teman kerja kita tengah menuju lokasi proyek Km. 68 (Rest Area) Tol. Tangerang – Serang. Mobil yang kita naiki berada di ruas kiri, kecepatan melaju tidak terlalu kencang, karena kita berjalan dengan saling berbagi pikiran, berbincang ngalor-ngidul, tukar pengalaman semalam.

Tiba-tiba mendadak dari arah kiri bahu jalan,terlihat sebuah mobil kijang Innova menyalip kami. Kira-kira persis di STA 35. Kami semua benar-benar dibuat terkejut. Entahlah, seperti dengan refleknya, salah satu sahabat saya Eman berkata, “Ngawur sekali mobil itu. Tidak lama biasanya… ” selorohnya bercanda.

Kami melihatnya sangat-sangat was-was. Kami faham bahwa lokaksi tersebut kondisi jalan, aspalnya banyak terkelupas tentu banyak lubang yang tembus ke LPA langsung berdebu tebal sedikit membuat jalan kami terganggu.

“Braaaakkkkk, “

Dalam hitungan detik berikutnya, mobil Innova terlihat terpelanting ke kiri masuk ke dalam sungai, sempat terbalik, dan tegak lagi lantas berakhir dengan menabrak sebuah batang pohon besar, hingga mobil gelap berlumpur tak berwajah, dan body depan sebelah kiri penyok, persis di hadaan kami. Seketika kami langsung berhenti dan menolongnya.

Pagi itu, udara sebenarnya cerah. Matahari seperti biasa menyinari indahnya hari untuk setiap keluarga yang pergi  mencari maisyah (sumber penghidupan) untuk istri dan anak-anak yang ikhlas menanti di rumah. Tapi rasanya naas sekali bagi sebuah mobil Innova yang di dalamnya ada sopir dan seorang penumpang.

Kami mencoba mendekatinya. Mobil terdiam dengan lumpur hitam yang merubah penampilannya.

“Innalillahi wainna ilaihi rojiuun, ” saya punya keyakinan penumpangnya sudah meninggal.

Beberapa teman saya pasti juga sama, punya pikiran yang tak jauh beda anggapannya.

Tapi, Allah Ta’ala memang Sang Penggenggam Usia. Penumpangnya masih panjang umur. Mendadak pintu depan sopir terbuka. Dan keluarlah sang sopir dari dalamnya. Badannya tinggi besar. Sesegera mungkin, saya dan teman-teman menolongnya. Sang sopir kita angkat ke tepi bahu jalan. Beberapa mobil di jalan tol tampak melaju sedikit melambat setiap mendekat di lokasi kami. Itu karena kami -terpaksa- segera memasang rubbercone sebagai tanda pengalihan sementara trafic kendaraan. Agar area penangan kecelakaan sedikit lumayan lapang.

Di saat teman saya mengobati sementara sang sopir, menyusul satu orang penumpang yang duduk di tengah mobil pun keluar dari dalamnya. Ada beberapa badannya yang terluka, tapi alhamdulillah tidak terlalu parah.

Subbkhanallah. Saya tiba-tiba benar-benar terkejut. Segera saya cium tangannya dan langsung kami bantu beri pengobatan pertama untuknya.

Saya mengolesi beberapa lukanya dengan obat merah setelah membersihkannya. Saya masih menyembunyikan diri saya yang sangat mengenalnya. Setelah sekian menit, dan setelah terlihat keduanya tenang. Saya kembali memegang tangannya.

“Alhamdulillah, pak Haji Rasna selamat, Allah sangat sayang sama pak Haji,” kataku.

Haji Rasna langsung menatap saya dengan sangat penasaran. Ditatap berkali-kali muka, badan hingga ke kaki saya. Seakan beliau tidak percaya, kalau orang yang di hadapannya saat itu adalah benar-benar Mustaqiem Eska yang pernah dikenalnya. Dia pasti heran, di dalam jalan tol yang sepi, tiba-tiba ada yang memanggil namanya dengan sedemikian lengkap.

“Mustaqiem…!!? ” katanya dengan kaget.
“Iya pak Haji, masih ingat? ” jawabku.
“MasyaAllah, kenapa bisa ada di sini? ”
“Takdir Allah, ” jawabku sambil tertawa.
“MasyaAllah, ini pak Mustaqiem ada di mana-mana, ” kata pak Haji Rasna di depan teman-teman.
Saya hanya tertawa. Menganggap sebagai hal yang biasa.
“Bisa saja pak Haji canda,”

“Kenapa pak Haji ngebut sekali tadi? ” tanyaku.
“Iya, saya yang salah. Saya yang nyuruh ngebut sopir. Soalnya sudah ditunggu sama bupati di Lebak, untuk membuka acara manasik haji,” terangnya.

Dan tentu saja berlanjut bla bla bla. Pak Haji Rasna mencatat no hp saya. Teman-teman yang saat itu hanya sempat heran.

Setelah menanti beberapa lama, jemputan mobil berikutnya datang. Pak Haji Rasna sedari tadi sudah mengganti baju dan jas yang telah siap di mobilnya.

Lantas kami berpamitan. Bersyukur saya masih diberi kesempatan bisa mencium tangannya dan berpelukan. Alhamdulillah.

Setelahnya, teman-teman yang notabene berlatar pendidikan teknik sipil tersebut tetap penasaran mengapa Haji Rasna bisa kenal dengan saya.

“Nama lengkapnya Drs. H. Rasna Dahlan,M.Ag. Beliau adalah Kabid Haji Zakat dan Wakaf (Hazawa) Kanwil Depag Banten,” jelasku singkat.

“Kenapa bisa kenal, kan lain jalurnya?”
“Saya tak bisa jelaskan, panjang ceritanya. Kira-kira, saya pernah dekat dengan beliau saat saya pernah sering mewawancarainya ketika masih di Media Tangerang dulu,” ujarku sedikit mengupas masa lalu yang sebenarnya tidak penting, karena saya sangat yakin bahwa penjelasan saya akan membuat mereka bingung.

Tapi naluri saya sepertinya Allah memang menyuruh saya bercerita.

Hingga bla bla bla.

“Oooooo oooooo, ” teman saya terlihat manggut merasa aneh. Persis seperti dugaan saya.

#######

Sejak saat itu, saya pun melupakannya. Tapi namanya jejak ia adalah semacam silkroad, yang pastinya justru malah tak akan terlupa, meski sekuat apapun kita mencoba melupakannya. Karena bagi saya hari ini adalah masa lalu, dan baik masa lalu maupun hari ini keduanya adalah sama-sama anugerah. Yaahh agak mirip sama kata Oogway lah …. upps.

Berikutnya, waktu dhuha terlihat selalu seperti sama putarannya. Padahal setiap hari berganti cerita perjalanan hidup tentu berbeda.

Kutipan master Oogway mengatakan kalau yesterday is history, tomorrow is a mysteri, but today is a gift. Kemaren adalah sejarah, besok adalah misteri, hari ini adalah anugerah, maka pengalaman yang telah lalu biarlah berlalu, katanya.

Kisah dan kejadian bersama Drs. H. Rasna Dahlan, MAg adalah bagian dari masa lalu. Beliau orang sangat baik yang pernah mengajarkan tentang bagaimana semangat hidup, sikap tawadhu dan pekerja keras.

Tentu saja, sebagai ASN dan pegawai Kandepag beliau H. Rasna pastinya sangat istiqomah berkarir dan mengabdi di depag -khususnya-wilayah Banten. Sementara saya biarlah -istiqomah (juga) – merantau dari kota ke kota, dari pulau ke pulau. Sampai pada saatnya pada waktu yang dipantaskan nanti, insyaAlloh akan kembali stay mewujudkan impian membangun -RUANG BACA- bagi pembentukan generasi yang cerdas berkarya di suatu tempat. Bismillah. (Eiittss ngelantur ini arah tulisan…)

kembali ke laptop…

Setidaknya saat ini, beberapa ajaran kebajikannya tetap saya pegang, sebagai bekal mengingat Allah kapan pun dan di manapun kaki menjejak. Tidak ada jarak. Sebab jarak sudah menjadi do’a. Selagi muslim, insyaAllah sesama kita akan terus saling berdoa dan mendoakan.

“Allohummagfirli wa liwalidya wa li jami’il muslimin wal muslimat, mukminin wal mukminat, al ahyai wal amwat, innaka ala kulli syai’in qodir. ”

Begitulah terkadang Alloh ta’ala menemukan hambanya yang sebelumnya sudah saling kenal namun telah lama terpisah. Banyak cara bagi Allah yang penuh misteri untuk mempertemukan kembali. Semua serba ghoib.

Tentu saja, benang merah dari catatan ini adalah pertama, berkatalah yang baik-baik saja, karena setiap kata adalah do’a. Kedua, bahwa pertemuan karena Allah adalah anugerah. Benar mengutip Master Oogway bahwa hari ini adalah anugerah. Maka, semoga kita selalu dianugerahkan ‘hari ini’ dengan ladang waktu yang terus terolah dengan kemanfaatan-kemanfaatan dan keberkahan. Hingga tidak ada perjalanan waktu yang busuk. Ketiga, kullu maa qodarallah Khoir, insyaAllah. (mcp.01)